Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Yos Sudarso Purwokerto memborong 50 kilogram buncis dan 50 kilogram tomat dari petani di Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah sebagai bentuk komitmen meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung petani lokal. STIKOM Yos Sudarso membeli hasil panen buncis dari para petani setempat dengan harga yang jauh lebih layak dan membagikan kepada karyawan serta warga sekitar kampus.
"Kami ingin berperan aktif dalam membantu petani yang tengah mengalami kesulitan. Belarasa kami wujudkan dengan membeli hasil panen mereka, kami berharap bisa meringankan beban para petani, sekaligus memberi pengalaman dan kesempatan kepada mahasiswa untuk berbagi sukacita bagi masyarakat sekitar dengan memberikanya secara gratis. Menghadirkan senyum pada banyak orang adalah sesuatu yang sungguh membahagiakan," kata Ketua STIKOM Yos Sudarso Bapak Romanus Edy Prabowo, S.Si., M.Sc., Ph.D.
Saat para tengkulak hanya menawarkan harga Rp 700 per kilogram untuk hasil panen buncis, STIKOM mengambil langkah inisiatif untuk membeli hasil panen tersebut dengan harga Rp 3.000 per kilogram. Langkah ini diambil untuk memastikan para petani mendapatkan keuntungan yang layak dan dapat terus berproduksi dengan motivasi yang tinggi.
Pembelian hasil panen petani Banjarnegara ini dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa mengambil keuntungan. Hal ini sejalan dengan visi STIKOM untuk menjadi institusi yang unggul dan humanis dalam kebenaran untuk kesejahteraan masyarakat. “Kami percaya bahwa dengan memberikan harga yang adil kepada petani, kami tidak hanya membantu mereka secara finansial, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan jangka panjang komunitas lokal,” kata Ibu Carolina Ety Widjayanti, Wakil Ketua II Bidang SDM, Keuangan dan Umum.
Carolina menyampaikan, STIKOM selalu berupaya untuk mengimplementasikan visi yang ada dengan tindakan nyata. “Membeli hasil panen buncis dengan harga yang layak adalah salah satu cara kami untuk menunjukkan komitmen kami terhadap kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi lokal," tuturnya.
Ketua Yayasan Karya Perutusan Dr Antonius Ary Setyawan, S.S., M.A mengundang media dan masyarakat untuk bergabung dengan STIKOM Yos Sudarso dalam merayakan langkah penting ini menuju peningkatan kesejahteraan petani lokal dan pembangunan komunitas yang lebih kuat.
STIKOM adalah institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen untuk mencapai keunggulan dalam bidang akademik dan kemanusiaan. “Melalui berbagai program dan inisiatif, kami bertujuan untuk menciptakan dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat, sesuai dengan visi kami: unggul dan humanis dalam kebenaran untuk kesejahteraan masyarakat,” papar Ary.
Sejak pukul 10.00, sejumlah mahasiswa dan mahasiswi STIKOM Yos Sudarso sudah berkumpul di kampus. Meskipun sudah libur kuliah, mereka meluangkan waktu untuk membantu pengemasan sayur mayur berupa buncis dan tomat. Ada yang menggotong karung besar berisi buncis, ada pula yang menimbang buncis. Setelah selesai pengepakan, mereka berkeliling ke rumah-rumah warga di sekitar kampus untuk membagikan buncis secara gratis.
Retno (57) salah satu tukang becak bersyukur mendapatkan pembagian buncis tersebut. “Ini rezeki, terima kasih. Semoga selamat, panjang umur,” tutur Retno yang sudah 5 tahun bekerja sebagai tukang becak di sekitar Karangklesem, Purwokerto Selatan.
Senyum terkembang juga tampak dari wajah Bardi (66) warga setempat. “Senang bisa buat bikin sayur nanti,” ujar Bardi.
Karyn (22) mahasiswi Sistem Informatika STIKOM Yos Sudarso mengatakan, dirinya senang bisa terlibat berbagi berkat kepada sesamanya. “Pertama kali senang karena bisa menolong orang lain. Tadi juga rasanya happy saat melihat orang happy ketika menerima buncis,” kata Karyn.
Karyn bersama beberapa teman mahasiswa-mahasiswi lainnya juga terlibat dalam pengemasan buncis sebanyak 400 kilogram yang diantar ke Gereja Santo Yosep Purwokerto pada Selasa lalu. Mereka bekerja sama dengan para Ibu Wanita Katolik Republik Indonesia serta Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Banyumas dalam pengemasan ulang buncis yang didatangkan dari Karangkobar, Banjarnegara itu. “Semoga dengan gerakan ini, para petani sayur bisa tetap bersemangat,” tutur Karyn.
Sebelumnya, Relawan Caritas Keuskupan Purwokerto (KARITO) Adi Rusprianto di Karangkobar menyebutkan, akibat panen raya, harga buncis anjlok dari sekitar Rp 3.000 menjadi Rp 700-800 per kilogram. Atas kondisi itu, Gereja Katolik Santo Antonius Banjarnegara membantu proses distribusi dan penjualan melalui gereja di Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, serta Batang. Penjualan dengan harga normal, yaitu Rp 3.000 per kilogram.
“Harga anjlok karena barang yang ada atau panen di tempat lain juga melimpah. Jadi mau tidak mau, petani menjual dengan harga tebasan. Satu petak kebun langsung dihargai sekian ratus ribu rupiah. Itu tindakan akhir petani yang tidak mungkin petik sendiri,” tutur Adi.
Pembelian dengan harga normal sekitar Rp 3.000 per kilogram, kata Adi, membuat para petani terselamatkan dari panen raya ini. Setidaknya mereka bisa mendapatkan modal produksi lagi dan bisa mendapatkan uang untuk tanam di musim berikutnya. Hingga kini setidaknya ada sekitar 2 ton buncis yang telah dijual dan distribusikan lewat aksi sosial ini.
Penulis dan Penyunting: Wilibrodus Megandika